Recent Post

Future Video

Sunday, April 22, 2012

ASKEP HALUSINASI


BAB I
PENDAHULUAN

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.
Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.
Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
2.1.1        Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa.Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia.Dari seluruh skizofrenia,70% diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengana gejala halusinasi adlah gangguan manic depresif dan dellirium
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
Menurut Wilson (1983) halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar (Miramis, 1998).Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstrenal, persepsi palsu (Lubis, 1993)
Halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009).Menurut Stuart dan Sundeen's (2004) mendefinisikan halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or experiences”.Arti dari kalimat di atas, Stuart dan Sundeen’s mendefinisikan halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.

2.1.2        Rentang Respon Halusinasi

Gambar : Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)

Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptive individu yang berada dalam rentang respons neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001).Ini merupakan respons persepsi paling maladaptive.Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi  dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera ( pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan peraban), pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus tersebut tidak ada. Di anatara kedua respons tersebut adalah respons individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu slah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi.Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
2.1.3 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis, yaitu :
Æ  Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Æ  Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan, menakutkan seperti monster.
Æ  Penghidu
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
Æ  Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
Æ  Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.



Æ  Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Æ  Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.1.4 Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi danantibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi,perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanyapermasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namunbanyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis ,sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis ,pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

Faktor Predisposisi :
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
ü  Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

ü  Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

ü  Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

ü  Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

ü  Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

ü  Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

ü  Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

ü  Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.1.5Manifestasi Klinis
Tahap I

*      Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
*      Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
*      Gerakan mata yang cepat
*      Respon verbal yang lambat
*      Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan


Tahap II

*      Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
*      Penyempitan kemampuan konsenstrasi
*      Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas




Tahap III

*      Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolaknya.
*      Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
*      Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
*      Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

Tahap IV

*      Prilaku menyerang teror seperti panik
*      Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
*      Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik
*      Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
*      Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

2.1.6     Empat Tahapan Halusinasi,Karakteristik dan Perilaku yangDitampilkan

Tahap
Karakteristik
Perilaku Klien
Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
·         Mengalami ansietas,kesepian,rasa bersalah dan ketakutan
·         Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
·         Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran,(jika kecemasan dikontrol)

·         Tersenyum, tertawa sendiri
·         Menggerakkan bibir tanpa suara Pergerakkan mata yang cepat
·         Respon verbal yang lambat
·         Diam dan berkonsentrasi

Tahap II
Menyalahkan
Tingkat kecemasan berat secara
umum halusinasi menyebabkan perasaan antipati


·         Pengalaman sensori menakutkan
·         Pengalaman sensori menakutkan
·         Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
·         Mulai merasa kehilangan kontrol
·         Menarik diri dari orang lain non psikotik






·         Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
·         Perhatian dengan lingkungan berkurang
·         Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja
·         Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
Tahap III
·         Mengontrol Tingkatkecemasan berat
·         Pengalaman halusinasi tidak dapatditolak lagi





·         Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi)
·         Isi halusinasi menjadi atraktif
·         Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik



·         Perintah halusinasi ditaati
·         Sulit berhubungan dengan orang lain
·         Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik
·         Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat

Tahap IV
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
Klien panik



Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.



·         Perilaku panik
·         Resiko tinggi mencederai
·         Agitasi atau kataton
·         Tidak mampu berespon terhadap lingkungan


2.1.7                    Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi

Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat – obatan dan tindakan lain, yaitu :

Æ  Psikofarmakologis

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :


Kelas Kimia
Nama Generik (Dagang)
Dosis Harian
Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)

60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800mg
2-40 mg
60-150 mg

Tioksanten


Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)

75-600 mg
8-30 mg
Butirofenon

Haloperidol (Haldol)

1-100 mg

Dibenzodiazepin

Klozapin (Clorazil)

300-900 mg

Dibenzokasazepin

Loksapin (Loxitane)

20-150 mg




Bab III
Landasan Teori Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi

1.      Pengkajian
Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yangdapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapatdibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dankecemasan

Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasadisingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhakan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peranganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akanmengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengangangguan orientasi realitas.

Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkanhubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanyarangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalamkelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkunganjuga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya
halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasanyang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapatmembedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins danHeacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskanatas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangunatas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapatdilihat dari
Lima dimensi yaitu :

*   Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapatditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
*   Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidakdapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi darihalusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidaksanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
*   Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individudengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untukmelawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
*   Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkanadanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik denganhalusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhikebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupaancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Olehkarena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatanklien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkanpengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi denganlingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
*   Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehinggainteraksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yangmendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga prosesdiatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya danhalusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saathalusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupandirinya.

*   Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individudapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber kopingdilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikanmasalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantuseseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress danmengadopsi strategi koping yang berhasil.
*   Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upayapenyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yangdigunakan untuk melindungi diri.


2.      Pohon Masalah
Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi sensori : halusinasi.


Devisit Perawatan diri :personal hygine
3.      Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien denganhalusinasi adalah sebagai berikut :
Ø  Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan halusinasi
Ø  Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Ø  Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Ø  Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat diri
Ø  Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis




Bab IV
Tinjauan Kasus
Kasus

Klien bernama Ny.B umur 32 tahundatang ke Rumah Sakit bersama saudaranya
Klien tampak murung,sering melamun dan menyindiri,sebelumnya riwayat pekerjaan Klien di Jordania selama 1 tahun 3 bulan, dan klienmengatakan majikannya selalu memukulinya jika hasil kerjanya tidak sesuai dengankeinginan majikannya, dikarenakan klien tidak berkomunikasi dengan baik, klienmengatakan beberapa bulan terakhir ini di Jordania klien mendengar suara-suara keluarganya yang di NTB dan juga mendengar suara-suara yang inginmembunuh klien, klien dipulangkan oleh majikannya dengan gaji penuh keIndonesia dan selanjutnya klien bingung.
Dilakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital: HR 60x/m,TD 130/80,RR 20x/m.
Data
Ds :
Æ  Klien mengatakan Sering mendengar suara-suara yang bunyinya seperti ingin membunuh klien.
Æ  Suara-suara itu muncul hampir setiap detik dan waktunya setiap pagi, siang dan malam
Æ  Takut saat mendengar suara-suara tersebut
Æ  Klien juga mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Æ  Klien mengatakan tidak mau ganti baju dan berpakaian

Do :
Æ  KLien tampak berbicara sendiri
Æ  Klien mondar-mandir
Æ  Saat klien interaksi dengan perawat, klien tampak beralih berinteraksi dengan halusinasinya.
Æ  Suara klien sangat pelan
Æ  Klien menjawab pertanyaannya sangat lambat
Æ  KLien terlihat tidak rapi
Æ  Klien tampak tidak menyisir rambutnya
Æ  Klien sering melamun dan menyindiri



Analisa Data
No
Syntom
Etiologi
Problem
1.
Ds :
·         Klien mengatakan Sering mendengar suara-suara yang
bunyinya seperti ingin membunuh klien.
·         Takut saat mendengar hal tersebut

Do : Klien tampak mondar-mandir

Menarik diri
Gangguan persepsihalusinasi pendengaran
2.
Ds :Klien pernah mendengar suara-suara diYordania tapi saat ini sudah tidak mendengarsuara-suara aneh.
Do : Klien tampak marah-marah
Halusinasi pendengaran
Resiko tinggi perilaku kekerasan
3.
Ds :
·         Klien mengatakn lebih senang sendri
·         Malu dengan orang lain
·         Tidak mau berinteraksi dengan orang lain

Do :
·         Saat berinteraksi suara klien pelan
·         Klien tidak dapat memulai pembicaraan dan klien menjawab pertanyaan sangat lambat
·         Klien sering melamun dan menyindiri
Menarik Diri
Isolasi Sosial
4.
Ds : Klien mengatakan tidak mau ganti baju dan berdandan

Do : Klien terlihat tidak rapi
KLien terlihat tidak menyisisr rambut
Harga Diri rendah
Devisit perawatan diri : personal hyigine dan berdandan
Diagnosa Keperawatan Aktual
1.      Gangguan persepsi halusinasi pendengaran b/d menarik diri
2.      Resiko tinggi perilaku kekerasan b/d halusinasi pendengaran
3.      Isolasi sosial b/d menarik diri
Diagnosa Keperawatan Resiko
1.      Devisit perawatan diri: personal hyignie b/d harga diri rendah



Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Gangguan Persepsi Halusinasi

No
Tanggal
Dx Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Implementasi
Evaluasi
1.
20/03/2012
Gangguan persepsi halusinasi pendengara b/d menarik diri d/d klien sering mendengar suara-suara yang
bunyinya seperti ingin membunuh klien,klien tampak mondar-mandir

Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

KH : setelah 3x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat
·         Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik


·         Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap,observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar, lihat.penghidung. raba, kecap)

·         Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.

·         Dengan membina hubungan saling percaya akan memudahkan klien dalam berinteraksi



·         Mengurangi waktu kosong bagi klien
untuk menyindiri











·         Memastikan klien meminum obat secara
teratur
Jam 12.00
·         Memberi salam terapeutik
·         Memperkenalkan diri
·         Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya



Jam 14.00
·         Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.


S : Os masih mendengar suara-suara menakutkan

O : Os masih tampak ketakutan

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi 1&2 tetap dilanjutkan
2.
21/03/2012
Resiko tingggi perilaku kekerasan b/d halusinasi pendengaran
Klien dapat mengontrol halusinasinya
·         Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, identifikasi respon pasien terhadap halusinasi

·         Evaluasi Jadwal harian klien
·         Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan pasien saat
Berhalusinasi



·         Mengontrol halusinasi klien
Jam 09.00
·         Melatih
klien mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.

Jam 12.00
·         Mengajak klien berbincang-bincang
S : Klien mengatakan ia telah menggunakan dan latihan cara
menghardik halusinasinya saat ia mendengar suara-suara

O : Klien masih tampak bingung

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi tetap dilanjutkan (2)
3.
22/03/2012
Isolasi sosial b/d
menarik diri d/d
klien mengatakan lebih
senang sendiri,tidak mau
berinteraksi dengan
orang lain,saat berinteraksi suara
klien pelan
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
·         Kaji penegtahuan
pasien tentang
perilaku menarik diri





·         Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

·         Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya

·         Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan tindakan yang selanjutnya.

·         Untuk mengetahui alasan klien menarik diri





·         Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungan sosialnya.

Jam 10.00
·         Mengajak klien berbincang-bicang mengenai perilaku menarik diri.

·         Memberi kesempatan pda klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri.
S : Os masih tidk ingin berinteraksi

O : Os masih tampak menyindiri

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi tetap dilanjutkan (1&2)
4.
22/03/2012
Devisit perawatan diri : personal hyigine dan berdandan d/d klien mengatakan tidak mau ganti baju,klien terlihat tidak rapi
Klien dapat melakukan perawatan diri
·         Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri

·         Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri

·         Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan diri

·         Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri

·         Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan

·         Reinforcement posisitf dapat menyenangkan hati pasien

Jam 10.00
·         Mendiskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
·         Memberi pujian-pujian pada klien
S : Os tidak ingin berdandan

O : Os masih tampak tidak rapi

A : Maslah belum teratasi

P : Intervensi tetap dilanjutkan (1,2,3)



No comments:

Post a Comment