BAB
I
PENDAHULUAN
Halusinasi merupakan bentuk yang paling
sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara
yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang
tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila
ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang
pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar
tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran,
ancaman dan lain-lain.
Persepsimerupakan respon dari reseptor
sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap
sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima. Jika diliputi rasa
kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat
terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus.
Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek yang
dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991)
halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti:
Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan dengan penggunaan
alcohol dan substansi lingkungan.
Halusinasi dapat terjadi oleh karena
berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik
diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.
Halusinasi klien timbul karena perubahan
hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain.
Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya
sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian,
isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
2.1.1
Pengertian
Halusinasi
merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan
jiwa.Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia.Dari seluruh
skizofrenia,70% diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa lain yang sering
juga disertai dengana gejala halusinasi adlah gangguan manic depresif dan
dellirium
Halusinasi adalah satu
persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus)
eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
Merupakan salah satu gangguan persepsi,
dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik
(persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah
persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
Menurut Wilson (1983) halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar
(Miramis, 1998).Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan
seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstrenal, persepsi palsu
(Lubis, 1993)
Halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu
itu penuh dan baik.Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat
menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien
dan tidak dapat dibuktikan.
Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009).Menurut
Stuart dan Sundeen's (2004) mendefinisikan halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory
impressions or experiences”.Arti dari kalimat di atas, Stuart dan Sundeen’s
mendefinisikan halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau
bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik
(Maramis, 2005).Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan
bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan
tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.
2.1.2
Rentang Respon Halusinasi
Gambar
: Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)
Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptive individu yang
berada dalam rentang respons neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001).Ini
merupakan respons persepsi paling maladaptive.Jika individu yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera ( pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan peraban), pasien dengan halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus tersebut tidak ada. Di anatara kedua respons tersebut adalah
respons individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu slah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi.Pasien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca
indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
2.1.3 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis,
yaitu :
Æ
Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang
atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar
perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
Æ
Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan,
menakutkan seperti monster.
Æ
Penghidu
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering
mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
Æ
Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine
atau feses.
Æ
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Æ
Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Æ
Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak.
2.1.4 Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991),
Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia,
depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan
penggunaanalkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi
denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik.
Halusinasijuga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan
yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi
danantibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya
halusinasisama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi,perubahan
sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanyapermasalahan pada
pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara
spesifik tidak diketahui namunbanyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor
biologis , psikologis ,sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan , biologis ,pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme
koping.
Faktor Predisposisi :
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi
adalah :
ü Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu
misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
ü Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima
lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
ü Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
ü Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak
bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
ü Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak
sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
ü Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan
putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
ü Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
ü Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon
individu dalam menanggapi stressor.
2.1.5Manifestasi Klinis
Tahap
I
Menyeringai atau
tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya
tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata yang cepat
Respon verbal yang
lambat
Diam dan dipenuhi
sesuatu yang mengasyikkan
Tahap
II
Peningkatan sistem
saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan
dan tekanan darah
Penyempitan kemampuan
konsenstrasi
Dipenuhi dengan
pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas
Tahap
III
Lebih cenderung
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolaknya.
Kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain
Gejala fisik dari
ansietas berat seperti berkeringat, tremor,ketidakmampuan untuk mengikuti
petunjuk.
Rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik
Tahap
IV
Prilaku menyerang teror
seperti panik
Sangat potensial
melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
Kegiatan fisik yang
merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik
Tidak mampu berespon
terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang
2.1.6
Empat Tahapan Halusinasi,Karakteristik dan
Perilaku yangDitampilkan
Tahap
|
Karakteristik
|
Perilaku Klien
|
Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan
|
·
Mengalami
ansietas,kesepian,rasa bersalah dan ketakutan
·
Mencoba
berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
·
Fikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam kontol kesadaran,(jika kecemasan dikontrol)
|
·
Tersenyum, tertawa sendiri
·
Menggerakkan bibir tanpa
suara Pergerakkan mata yang cepat
·
Respon verbal yang lambat
·
Diam dan berkonsentrasi
|
Tahap II
Menyalahkan
Tingkat kecemasan berat
secara
umum halusinasi
menyebabkan perasaan antipati
|
·
Pengalaman
sensori menakutkan
·
Pengalaman sensori
menakutkan
·
Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut
·
Mulai merasa kehilangan
kontrol
·
Menarik diri dari orang
lain non psikotik
|
·
Terjadi peningkatan denyut
jantung, pernafasan dan tekanan darah
·
Perhatian dengan
lingkungan berkurang
·
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja
·
Kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realitas
|
Tahap III
·
Mengontrol
Tingkatkecemasan berat
·
Pengalaman halusinasi
tidak dapatditolak lagi
|
·
Klien menyerah dan
menerima pengalaman sensori (halusinasi)
·
Isi halusinasi menjadi
atraktif
·
Kesepian bila pengalaman
sensori berakhir psikotik
|
·
Perintah halusinasi
ditaati
·
Sulit berhubungan dengan
orang lain
·
Perhatian terhadap
lingkungan berkurang hanya beberapa detik
·
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, tremor dan berkeringat
|
Tahap IV
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
Klien panik
|
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak ada intervensi terapeutik.
|
·
Perilaku panik
·
Resiko tinggi mencederai
·
Agitasi atau kataton
·
Tidak mampu berespon
terhadap lingkungan
|
2.1.7
Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat –
obatan dan tindakan lain, yaitu :
Æ Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti
psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas Kimia
|
Nama Generik (Dagang)
|
Dosis Harian
|
Fenotiazin
|
Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine,
Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
|
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800mg
2-40 mg
60-150 mg
|
Tioksanten
|
Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
|
75-600 mg
8-30 mg
|
Butirofenon
|
Haloperidol (Haldol)
|
1-100 mg
|
Dibenzodiazepin
|
Klozapin (Clorazil)
|
300-900 mg
|
Dibenzokasazepin
|
Loksapin (Loxitane)
|
20-150 mg
|
Bab
III
Landasan
Teori Asuhan Keperawatan Klien
Dengan
Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi
1. Pengkajian
Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yangdapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya,
mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik
yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapatdibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Faktor
Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami
stress dankecemasan
Faktor
Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasadisingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien
dibesarkan.
Faktor
Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Denganadanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuhakan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Faktor
Psikologis
Hubungan
interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peranganda yang bertentangan dan
sering diterima oleh anak akanmengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi
dan berakhir dengangangguan orientasi realitas.
Faktor genetik
Gen apa yang
berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkanhubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini.
Faktor
Presipitasi
Yaitu stimulus
yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,ancaman/tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanyarangsang lingkungan yang sering
yaitu seperti partisipasi klien dalamkelompok, terlalu lama diajak komunikasi,
objek yang ada dilingkunganjuga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai
pencetus terjadinya
halusinasi
karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasanyang merangsang
tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
Prilaku
Respon klien
terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah
dan bingung, prilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapatmembedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins danHeacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskanatas
hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangunatas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapatdilihat dari
Lima dimensi yaitu
:
Dimensi Fisik
Manusia
dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang diberikan
oleh lingkungannya. Halusinasi dapatditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi
alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
Dimensi Emosional
Perasaan
cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidakdapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi.Isi darihalusinasi dapat berupa perintah memaksa
dan menakutkan. Klien tidaksanggup lagi menentang perintah tersebut hingga
dengan kondisi
tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
Dimensi Intelektual
Dalam
dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individudengan halusinasi akan memperlihatkan
adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untukmelawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang akan mengontrol
semua prilaku klien.
Dimensi Sosial
Dimensi
sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkanadanya kecenderungan untuk
menyendiri. Individu asyik denganhalusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat
untuk memenuhikebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak
didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol
oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupaancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Olehkarena itu, aspek penting
dalam melaksanakan intervensi keperawatanklien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkanpengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien
tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi denganlingkungannya dan
halusinasi tidak berlangsung.
Dimensi Spiritual
Manusia
diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehinggainteraksi dengan manusia
lainnya merupakan kebutuhan yangmendasar. Pada individu tersebut cenderung
menyendiri hingga prosesdiatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan
keberadaannya danhalusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut.
Saathalusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupandirinya.
Sumber Koping
Suatu
evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individudapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber kopingdilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikanmasalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantuseseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress danmengadopsi strategi koping yang berhasil.
Mekanisme Koping
Tiap
upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upayapenyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yangdigunakan untuk melindungi diri.
2.
Pohon Masalah
Berikut
adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi sensori :
halusinasi.
Devisit Perawatan diri
:personal hygine
|
3.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien denganhalusinasi
adalah sebagai berikut :
Ø Resiko
perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungandengan
halusinasi
Ø Perubahan
persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Ø Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Ø Defisit
perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
merawat diri
Ø Perubahan
proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis
Bab IV
Tinjauan
Kasus
Kasus
Klien bernama Ny.B umur 32 tahundatang ke Rumah Sakit bersama
saudaranya
Klien tampak murung,sering melamun dan menyindiri,sebelumnya
riwayat pekerjaan Klien di Jordania selama 1 tahun 3 bulan, dan
klienmengatakan majikannya selalu memukulinya jika hasil kerjanya tidak sesuai
dengankeinginan majikannya, dikarenakan klien tidak berkomunikasi dengan baik,
klienmengatakan beberapa bulan terakhir ini di Jordania klien mendengar
suara-suara keluarganya yang di NTB dan juga mendengar suara-suara yang
inginmembunuh klien, klien dipulangkan oleh majikannya dengan gaji penuh
keIndonesia dan selanjutnya klien bingung.
Dilakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital: HR 60x/m,TD
130/80,RR 20x/m.
Data
Ds :
Æ Klien
mengatakan Sering mendengar suara-suara yang bunyinya seperti ingin membunuh
klien.
Æ Suara-suara
itu muncul hampir setiap detik dan waktunya setiap pagi, siang dan malam
Æ Takut
saat mendengar suara-suara tersebut
Æ Klien
juga mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Æ Klien
mengatakan tidak mau ganti baju dan berpakaian
Do :
Æ KLien
tampak berbicara sendiri
Æ Klien
mondar-mandir
Æ Saat
klien interaksi dengan perawat, klien tampak beralih berinteraksi dengan
halusinasinya.
Æ Suara
klien sangat pelan
Æ Klien
menjawab pertanyaannya sangat lambat
Æ KLien
terlihat tidak rapi
Æ Klien tampak tidak menyisir rambutnya
Æ Klien sering melamun dan menyindiri
Analisa
Data
No
|
Syntom
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Ds :
·
Klien mengatakan Sering mendengar
suara-suara yang
bunyinya seperti ingin membunuh klien.
·
Takut saat mendengar hal tersebut
Do
: Klien tampak mondar-mandir
|
Menarik diri
|
Gangguan persepsihalusinasi pendengaran
|
2.
|
Ds
:Klien
pernah mendengar suara-suara diYordania tapi saat ini sudah tidak
mendengarsuara-suara aneh.
Do : Klien tampak marah-marah
|
Halusinasi pendengaran
|
Resiko tinggi perilaku kekerasan
|
3.
|
Ds
:
·
Klien mengatakn lebih
senang sendri
·
Malu dengan orang lain
·
Tidak mau berinteraksi
dengan orang lain
Do
:
·
Saat berinteraksi suara
klien pelan
·
Klien tidak dapat memulai
pembicaraan dan klien menjawab pertanyaan sangat lambat
·
Klien sering melamun dan
menyindiri
|
Menarik Diri
|
Isolasi Sosial
|
4.
|
Ds
: Klien mengatakan tidak mau ganti baju dan berdandan
Do
: Klien terlihat tidak rapi
KLien
terlihat tidak menyisisr rambut
|
Harga Diri rendah
|
Devisit perawatan diri : personal hyigine dan berdandan
|
1. Gangguan persepsi halusinasi pendengaran b/d
menarik diri
2. Resiko tinggi perilaku kekerasan b/d halusinasi
pendengaran
3. Isolasi sosial b/d menarik diri
Diagnosa Keperawatan Resiko
1. Devisit perawatan diri: personal hyignie b/d
harga diri rendah
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Gangguan Persepsi Halusinasi
No
|
Tanggal
|
Dx Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
20/03/2012
|
Gangguan
persepsi halusinasi pendengara b/d menarik diri d/d klien sering mendengar
suara-suara yang
bunyinya
seperti ingin membunuh klien,klien tampak mondar-mandir
|
Klien dapat mengontrol halusinasi yang
dialaminya
KH : setelah 3x interaksi klien
menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat
|
·
Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik
·
Adakan
kontak sering dan singkat secara bertahap,observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasinya (dengar, lihat.penghidung. raba, kecap)
·
Bantu klien untuk
memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.
|
·
Dengan membina hubungan saling percaya
akan memudahkan klien dalam berinteraksi
·
Mengurangi waktu kosong bagi klien
untuk
menyindiri
·
Memastikan klien meminum obat secara
teratur
|
Jam 12.00
·
Memberi salam terapeutik
·
Memperkenalkan diri
·
Menunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
Jam 14.00
·
Memberi kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaanya.
|
S : Os masih mendengar suara-suara
menakutkan
O : Os masih tampak ketakutan
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi 1&2 tetap
dilanjutkan
|
2.
|
21/03/2012
|
Resiko tingggi perilaku kekerasan b/d
halusinasi pendengaran
|
Klien dapat mengontrol halusinasinya
|
·
Identifikasi
situasi yang menimbulkan halusinasi, identifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
·
Evaluasi
Jadwal harian klien
|
·
Untuk mengetahui tindakan-tindakan
yang dilakukan pasien saat
Berhalusinasi
·
Mengontrol halusinasi klien
|
Jam 09.00
·
Melatih
klien
mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
Jam 12.00
·
Mengajak klien berbincang-bincang
|
S : Klien
mengatakan ia telah menggunakan dan latihan cara
menghardik halusinasinya saat ia
mendengar suara-suara
O : Klien masih tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan (2)
|
3.
|
22/03/2012
|
Isolasi sosial b/d
menarik diri d/d
klien mengatakan lebih
senang sendiri,tidak mau
berinteraksi dengan
orang lain,saat berinteraksi suara
klien pelan
|
Klien dapat berinteraksi dengan orang
lain
|
·
Kaji penegtahuan
pasien
tentang
perilaku
menarik diri
·
Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
·
Beri pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaannya
|
·
Mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan
tindakan yang selanjutnya.
·
Untuk mengetahui alasan
klien menarik diri
·
Meningkatkan harga diri
klien sehingga berani bergaul dengan lingkungan sosialnya.
|
Jam 10.00
·
Mengajak klien berbincang-bicang
mengenai perilaku menarik diri.
·
Memberi kesempatan pda klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri.
|
S : Os masih tidk ingin berinteraksi
O : Os masih tampak menyindiri
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan
(1&2)
|
4.
|
22/03/2012
|
Devisit perawatan diri :
personal hyigine dan berdandan d/d klien mengatakan tidak mau ganti
baju,klien terlihat tidak rapi
|
Klien dapat melakukan perawatan diri
|
·
Diskusikan tentang keuntungan
melakukan perawatan diri
·
Dorong klien untuk
menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri
·
Beri pujian terhadap
kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan diri
|
·
Untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
·
Untuk mengetahui tingkat
pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan
·
Reinforcement posisitf dapat
menyenangkan hati pasien
|
Jam 10.00
·
Mendiskusikan tentang keuntungan
melakukan perawatan diri
·
Memberi pujian-pujian pada klien
|
S : Os tidak ingin berdandan
O : Os masih tampak tidak rapi
A : Maslah belum teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan
(1,2,3)
|